Program Studi Magister Bimbingan dan Konseling Universitas Muhammadiyah Metro secara konsisten mendorong pemahaman yang lebih dalam terhadap isu-isu kesehatan mental di kalangan pelajar. Salah satu tantangan yang kian nyata adalah meningkatnya kasus anxiety (kecemasan) dan depresi pada siswa, baik di tingkat dasar, menengah, maupun perguruan tinggi. Dalam situasi ini, konseling menjadi jembatan penting untuk membantu siswa melewati masa-masa sulit dan menemukan kembali kekuatan dalam dirinya....
Program Studi Magister Bimbingan dan Konseling Universitas Muhammadiyah Metro secara konsisten mendorong pemahaman yang lebih dalam terhadap isu-isu kesehatan mental di kalangan pelajar. Salah satu tantangan yang kian nyata adalah meningkatnya kasus anxiety (kecemasan) dan depresi pada siswa, baik di tingkat dasar, menengah, maupun perguruan tinggi. Dalam situasi ini, konseling menjadi jembatan penting untuk membantu siswa melewati masa-masa sulit dan menemukan kembali kekuatan dalam dirinya.
Memahami Anxiety dan Depresi pada Siswa
Anxiety adalah gangguan psikologis yang ditandai dengan kekhawatiran berlebihan, rasa takut tanpa alasan jelas, dan ketegangan yang terus-menerus. Sedangkan depresi melibatkan perasaan sedih yang berkepanjangan, kehilangan minat terhadap hal-hal yang dulu disukai, dan perasaan putus asa.
Keduanya dapat mengganggu fungsi belajar, hubungan sosial, bahkan membahayakan keselamatan diri siswa jika tidak segera ditangani.
Ciri-ciri siswa yang mengalami anxiety:
-
Terlihat tegang, gugup, atau mudah panik
-
Sering merasa takut atau khawatir berlebihan
-
Sulit berkonsentrasi, sering overthinking
-
Menghindari presentasi, ujian, atau situasi sosial
Ciri-ciri siswa yang mengalami depresi:
-
Murung berkepanjangan, mudah menangis
-
Menarik diri dari lingkungan sekitar
-
Prestasi akademik menurun drastis
-
Berbicara soal rasa tidak berharga atau keinginan mengakhiri hidup
Peran Konselor dalam Menangani Anxiety dan Depresi
✅ 1. Membangun Aliansi Konseling yang Aman
Konselor harus menciptakan ruang yang nyaman dan bebas stigma. Siswa harus merasa diterima dan dipahami, tanpa merasa dihakimi.
“Saya tidak sendiri. Saya punya tempat untuk bicara.”
Itulah perasaan yang ingin dibangun dalam relasi konseling.
✅ 2. Melakukan Asesmen Awal yang Sensitif
Konselor dapat menggunakan skala atau kuesioner seperti:
-
Beck Anxiety Inventory (BAI)
-
Children’s Depression Inventory (CDI)
-
Observasi perilaku, jurnal harian siswa, atau wawancara ringan
Asesmen ini bukan untuk memberi label, tetapi untuk memahami intensitas dan kebutuhan siswa.
✅ 3. Memberikan Pendekatan Konseling yang Tepat
Beberapa pendekatan yang terbukti efektif antara lain:
-
Cognitive Behavioral Therapy (CBT): Membantu siswa mengubah pola pikir negatif yang menyuburkan kecemasan atau depresi.
-
Person-Centered Counseling: Memberikan dukungan empatik tanpa mengarahkan secara kaku, membiarkan siswa menemukan maknanya sendiri.
-
Mindfulness-Based Counseling: Mengajarkan siswa untuk hadir “di saat ini” agar tidak tenggelam dalam kecemasan masa depan atau luka masa lalu.
✅ 4. Melatih Teknik Pengelolaan Emosi dan Pikiran
Konselor bisa melatih siswa dengan teknik seperti:
-
Pernapasan dalam dan grounding technique
-
Menulis jurnal rasa syukur dan emosi
-
Latihan visualisasi positif
-
Dialog batin (mengubah self-talk negatif jadi afirmasi sehat)
✅ 5. Melibatkan Dukungan Lingkungan
Konselor perlu menjalin komunikasi dengan guru kelas, wali siswa, dan jika perlu, tenaga profesional seperti psikolog atau psikiater untuk rujukan lebih lanjut.
Kapan Harus Dirujuk ke Profesional?
Jika siswa:
-
Menunjukkan gejala berat lebih dari dua minggu
-
Memiliki ide bunuh diri atau melukai diri sendiri
-
Tidak menunjukkan kemajuan setelah beberapa sesi konseling
-
Mengalami halusinasi, delusi, atau gangguan fungsi ekstrem
Maka, konselor harus segera merujuk ke psikolog atau psikiater.
Tantangan dalam Menangani Siswa dengan Anxiety dan Depresi
-
Stigma: Banyak siswa takut dianggap “lemah” jika menemui konselor.
-
Kurangnya waktu sesi: Layanan BK seringkali padat dan terbatas.
-
Keterbatasan akses ke tenaga profesional: Khususnya di daerah terpencil.
Solusinya: Edukasi terus-menerus, advokasi peran BK, dan sinergi lintas profesi.
Kesimpulan
Konseling untuk siswa dengan anxiety dan depresi bukan hanya tentang mendengarkan, tapi tentang menemani dengan empati, memberdayakan dengan teknik yang tepat, dan menjembatani siswa dengan harapan baru. Setiap anak berhak merasa cukup, aman, dan didampingi—terutama di saat pikirannya menjadi medan pertempuran yang berat.
Mari kita buka ruang aman di sekolah. Mari hadir sebagai cahaya di tengah kegelapan yang sunyi.